Selasa, 08 Oktober 2013

PERMASALAHAN AGRARIA DALAM NOVEL SARIFAH KARYA DUL ABDUL RAHMAN: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA


Permasalahan Agraria dalam Novel Sarifah karya Dul Abdul Rahman: Tinjauan Sosiologi Sastra

(Skripsi Riani Eka Saputri, 2012, STKIP PGRI Pacitan Jawa Timur)

Abstrak:
Karya sastra diciptakan oleh pengarang sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan, ide, dan pemikiran dengan gambaran-gambaran pengalaman batin yang pernah dialami oleh pengarang. Peristiwa-peristiwa yang ada dalam kehidupan masyarakat menjadi dasar olahan pengarang. Sosiologi sastra menganalisis masalah-masalah social yang terkandung di dalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi.
Berdasarkan latar belakang di atas alasan penulis memilih judul Permasalahan Agraria Dalam Novel Sarifah Karya Dul Abdul Rahman: Tinjauan Sosiologi Sastra adalah; 1) untuk mengetahui permasalahan agraria yang terjadi dalam novel Sarifah karya Dul Abdul Rahman; 2) selain itu, novel Sarifah ini belum ada yang meneliti maupun menelaah baik dari segi instrinsik maupun ekstrinsiknya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) permasalahan agraria yang terdapat dalam novel Sarifah karya Dul Abdul Rahman; 2) dampak permasalahan agrarian terhadap masyarakat dalam novel Sarifah karya Dul Abdul Rahman. Kedua hal ini diungkap dengan menggunakan tinjauan sosiologi sastra. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat.
Hasil analisis data dinyimpulkan bahwa: 1) masalah utama dalam novel Sarifah adalah permasalahan tanah antara petani dengan PT Lonsum. 2) permasalahan agraria yang terjadi antara petani dengan PT Lonsum disebabkan oleh beberapa hal yaitu tanah petani diambil secara paksa, rumah-rumah petani dibakar, tanaman jagung petani dibulldozer, petani disiksa dan ditangkap polisi. 3) dampak permasalahan agraria terhadap masyarakat yaitu petani merasa sedih kehilangan tanah, kehilangan rumah. Juga petani mengalami luka-luka, membuat hubungan yang tidak harmonis antara petani dengan kepala desa, dan dua orang petani yang meninggal karena mempertahankan tanahnya.

Kata Kunci:
            Permasalahan Agraria, Novel Sarifah, Sosiologi Sastra.

Sinopsis:
          Sarifah (Pohon-Pohon Peluru)
            Empat orang petani bernama Barra Tobarani, Lahajji, Sallasa, dan Mattorang mencoba mempertahankan tanahnya. Pihak perkebunan karet PT Lonsum (PT London Sumatra) dengan dibantu oleh pemerintah setempat memang terus mengambil-alih tanah-tanah petani secara paksa. Bukan hanya itu empat sekawan tersebut mencoba membela petani-petani lainnya yang tanahnya dirampas oleh pihak perkebunan.
            Barra Tobarani yang paling tinggi sekolahnya di antara petani karena ia adalah jebolan SMA, sedangkan petani-petani lainnya kebanyakan tidak pernah mengenyam pendidikan, memprakarsai terbentuknya LSM Tobarani. LSM tersebut berusaha membela hak-hak petani yang tertindas. Keberanian empat sekawan yang dipimpin oleh Barra Tobarani mendapat simpati dan dukungan dari warga.
            Pihak perkebunan tidak tinggal diam dengan usaha-usaha Barra Tobarani dan kawan-kawan untuk menolak menyerahkan tanah-tanah mereka kepada pihak perkebunan. Pihak perkebunan menggunakan mandor-mandornya untuk meneror Barra Tobarani. Apalagi seorang mandor bernama Lamakking sejak dulu tidak menyukai Barra Tobarani. Dalam hati kecilnya, Lamakking sesungguhnya membela para petani yang tertindas, tapi ia dendam pada Barra Tobarani. Sarifah, isteri Barra Tobarani adalah perempuan yang sangat dicintai oleh Lamakking. Tapi saat itu Sarifah lebih memilih Barra Tobarani, seorang pemuda kampung yang miskin tapi dikenal sebagai pemuda yang baik dan berani. Sarifah menampik cinta Lamakking yang turunan bangsawan tapi dikenal sebagai preman di kampung, Sarifah dan Lamakking sebenarnya masih keluarga dekat.
            Karena mengetahui bahwa Barra Tobarani dan kawan-kawan bersatu dengan warga untuk mempertahankan tanah mereka, Lamakking mencoba mendekati Barra Tobarani secara halus. Lamakking membujuk Barra Tobarani dan kawan-kawan agar menjadi TKI di Malaysia. Bujukan Lamakking yang merupakan orang keprcayaan pihak perkebunan akhirnya sedikit demi sedikit meluluhkan hati Barra Tobarani dan kawan-kawan. Apalagi keadaan petani di sekitar perkebunan memang sangat miskin. Maka untuk mengubah hidup mereka lebih baik menjadi TKI saja. Sesungguhnya Lamakking dan pihak perkebunan fokus merayu Barra Tobarani dan isterinya agar mau menjadi TKI di Malaysia. Menurut perhitungan Lamakking dan pihak perkebunan, kalau Barra Tobarani sudah pergi ke Malaysia maka para petani tidak ada lagi berani melawan pihak perkebunan.
            Dengan alasan untuk biaya sekolah anak-anaknya kelak, Barra Tobarani akhirnya memutuskan akan menjadi TKI di Malaysia. Ia memang berpikiran kalau tetap tinggal di kampung dengan tanah yang tak seberapa luas maka penghidupannya tidak akan berubah, kelak anak-anaknya tidak bisa bersekolah seperti halnya dirinya karena tidak ada biaya sekolah. Tetapi Barra Tobarani tetap tidak akan menjual tanahnya kepada pihak perkebunan. Ia pun meminta kepada seluruh kawan-kawannya agar jangan menjual tanah-tanah mereka. Menurutnya menjual tanah-tanah mereka maka sama saja dengan membunuh kampung mereka. Karena kelak kampung mereka akan beralih fungsi menjadi lahan perkebunan milik kaum bermodal.
            Keberangkatan Barra Tobarani dan isterinya ke Sabah Malaysia diurus dan dibiayai oleh Lamakking. Selain bekerja sebagai mandor, Lamakking juga bekerja sebagai penyalur TKI ilegal ke Malaysia.
            Di saat Barra Tobarani akan berangkat ke Malaysia, ibu Barra Tobarani sakit keras. Barra Tobarani tidak mau meninggalkan ibunya yang sangat ia cintai, apalagi ia dibesarkan oleh ibunya dengan status single-parent karena ayahnya meninggal dunia semasa ia masih kecil. Lamakking ngotot agar Barra Tobarani dan Sarifah tetap berangkat ke Malaysia karena ia sudah mempersiapkan segala keperluan keduanya. Agar Lamakking tidak mengalami kerugian yang banyak, Barra Tobarani menganjurkan Sarifah tetap berangkat, ia akan menyusul kemudian setelah ibunya sembuh.
            Lamakking sangat senang dengan ide Barra Tobarani yang menganjurkan isterinya tetap berangkat. Bahkan keadaan seperti itulah sebenarnya yang sangat diinginkan oleh Lamakking. Bahkan ia sudah punya rencana tersendiri. Lamakking memang tidak pernah kehabisan akal.
            Akhirnya Sarifah dan kawan-kawan tiba di Malaysia atas jasa Lamakking. Rombongan Sarifah dan kawan-kawan ditempatkan di daerah sangat terpencil di kawasan Sabah, Malaysia. Rombongan Sarifah dan kawan-kawan hanya bisa berkomunikasi dengan keluarga mereka di kampung halaman dengan perantaraan Lamakking dan orang-orang kepercayaannya.
            Sementara Barra Tobarani di Bulukumba semakin berduka cita, ibu yang sangat dicintainya meninggal dunia. Dan berita yang paling membuat Barra Tobarani kemudian semakin berduka adalah berita yang dibawa oleh Lamakking dari Malaysia bahwa Sarifah, isterinya, di Malaysia diculik dan kemungkinannya sudah meninggal dunia karena ia sudah mencarinya tetapi Sarifah tidak ditemukan. Barra Tobarani pun tidak sanggup berangkat ke Malaysia untuk mencari isterinya karena ia tidak punya biaya, apalagi Lamakking memang berusaha keras agar Barra Tobarani tidak perlu berangkat ke Malaysia karena hanya membuang-buang uang saja. Lebih baik Barra Tobarani mendoakan saja almarhumah isterinya. Bahkan Lamakking berjanji akan membantu menyekolahkan anak-anak Barra Tobarani dan Sarifah. Hal itu dilakukan Lamakking sebagai penebus kesalahannya. Karena gara-gara dirinyalah yang ngotot sehingga Sarifah berangkat ke Malaysia tanpa kepergian suaminya.
            Barra Tobarani mengiyakan maksud baik Lamakking, bahkan ia berterima kasih pada Lamakking yang mau membiayai sekolah anak-anaknya. Sama sekali Barra Tobarani tidak curiga dengan niat jahat Lamakking. Karena sesungguhnya ia hanya berbohong kalau Sarifah sudah meninggal dunia.
            Lamakking memang diam-diam menyusun rencana busuk untuk mendapatkan kembali Sarifah. Melalui orang-orang kepercayaannya, Lamakking menculik Sarifah dengan diam-diam. Sarifah sebenarnya diambil baik-baik. Kala itu Sarifah berada seorang diri di barak TKI, saat itu Sarifah tidak bekerja karena kurang sehat. Saat itulah orang kepercayaan Lamakking datang memberitahukan kabar pada Sarifah bahwa Barra Tobarani meninggal di kampung. Orang tersebut bermaksud menjemput Sarifah untuk segera pulang ke Indonesia. Sarifah akan dijemput oleh Lamakking di Nunukan lalu bersama-sama pulang ke Bulukumba. Sarifah saat itu sangat sedih dan kaget, ia langsung pulang tanpa sempat memberitahu rekan-rekannya sesama TKI/TKW.
            Setiba di Nunukan, Sarifah bertemu dengan Lamakking. Sarifah lalu meminta Lamakking untuk segera mengantarnya pulang ke Bulukumba. Lamakking yang memang sangat mencintai Sarifah mulai menancapkan kuku-kuku rayuannya. Lamakking membujuknya agar tidak perlu pulang ke Bulukumba karena Barra Tobarani sudah dua minggu dikuburkan. Lamakking pun berjanji akan membiayai sekolah anak-anaknya di kampung. Di saat itu pula Lamakking mengungkapkan perasaannya bahwa ia sangat mencintai Sarifah dan akan menikahinya. Meski Sarifah terus menolak, Lamakking tidak pernah kehabisan akal. Akhirnya Sarifah takluk dengan segala rayuan dan janji Lamakking. Sarifah berpikir untuk apa menolak lamaran dan cinta Lamakking, apalagi ia hanyalah seorang janda. Bahkan jauh dalam relung hatinya, Sarifah sangat bangga mendapatkan cinta Lamakking. Lamakking memang sangat mencintai Sarifah hingga ia rela menjadi bujang lapuk. Dan yang paling membuat Sarifah tak mampu menampik cinta Lamakking karena Lamakking memang sudah menjadi idola gadis-gadis dan perempuan sesamanya TKW. Lamakking adalah pemuda, walau cukup berumur, tapi tetap nampak ganteng serupa Rano Karno. Lamakking pun sudah menjadi kaya.
            Lamakking pun menikahi Sarifah, lalu membawa Sarifah tinggal di Bontang. Lamakking membangunkan rumah mewah untuk isterinya. Sarifah hidup bahagia bersama dengan Lamakking. Di mata Sarifah, Lamakking benar-benar pria bertanggung jawab. Karena sudah silau dengan harta dan benda pula, Sarifah kadang menyesal mengapa bukan sejak dulu ia menikah dengan Lamakking. Tapi Sarifah juga tidak mau menyesali karena menikah dengan sosok lelaki macam Barra Tobarani. Meski dibenaknya suaminya sudah meninggal dunia, ia tetap mencintai suaminya.
Sejak menikahi Sarifah dan tinggal di Bontang, Lamakking hanya sebulan sekali pulang ke Indonesia atau pergi ke Malaysia. Untuk bisnis penyalur TKI illegal, Lamakking menggunakan orang-orang dekatnya.
            Ketika pulang ke Bulukumba, Lamakking yang sudah tidak menjadi mandor lagi di perkebunan mulai berbalik arah mendukung perjuangan petani dibawah LSM Tobarani yang dipimpin oleh Barra Tobarani. Bahkan Lamakking memberikan bantuan finansial kepada LSM Tobarani yang dipimpin oleh Barra Tobarani. Lamakking yang dulu menjadi musuh para petani berubah menjadi pahlawan. Barra Tobarani pun mulai kagum dengan Lamakking.
            Atas dukungan moral dan finansial dari Lamakking, Barra Tobarani dan kawan-kawan semakin berani melawan pihak perkebunan. Bahkan Barra Tobarani membuat target untuk merebut kembali tanah mereka yang sudah terlanjur direbut oleh pihak perkebunan. Pada suatu hari, Barra Tobarani dan kawan-kawan menjalankan aksinya untuk mengambil tanah mereka yang sudah dicaplok oleh pihak perkebunan. Pihak perkebunan dengan dibantu oleh aparat keamanan mencoba menghalau para petani. Barra Tobarani dan kawan-kawan melakukan perlawanan. Dalam peristiwa itu, akhirnya Barra Tobarani dan temannya Sallasa Tomacca meninggal dunia karena terkena peluru tajam oleh aparat keamanan. Meski sangat bersedih atas kejadian itu, diam-diam Lamakking tersenyum karena Barra Tobarani yang sudah lama ia isukan meninggal dunia, bahkan ia sudah rebut isterinya akhirnya benar-benar meninggal dunia. Namun Lamakking tetap melanjutkan aktingnya, ia terus memprakarsai dan menuntut bahwa kasus meninggalnya Barra Tobarani dan Sallasa Tomacca adalah pelanggaran HAM berat.
            Waktu terus berjalan. Sementara itu, Haji Hamide, yang dulunya juga adalah penyalur TKI ilegal yang akhirnya memilih profesi lain karena tidak bisa bersaing dengan Lamakking. Haji Hamide mencoba berdagang antar pulau bahkan antar negara. Ia bolak-balik antara Bulukumba – Pare-Pare – Nunukan – Sabah. Anak-anak Haji Hamide yang sudah menikah tinggal di tempat yang berbeda-beda. Bahkan seorang putrinya yang bersuamikan dengan pemuda dari pulau Jawa tinggal di Bontang. Dari anak dan menantunya, Haji Hamide mendengar kabar bahwa Lamakking sudah menikah dengan seorang perempuan cantik.
            Pada suatu ketika Haji Hamide mengunjungi anaknya di Bontang. Dan betapa terkejutnya Haji Hamide karena ternyata isteri Lamakking adalah Sarifah. Isteri dari almarhum Barra Tobarani. Namun ada yang janggal dibenak Haji Hamide, karena Barra Tobarani meninggal dunia baru setahun silam, padahal menurut pengakuan Sarifah ia menikah dengan Lamakking sejak lima tahun silam setelah suaminya meninggal dunia.
            Pada saat perjumpaan Haji Hamide dan Sarifah, Lamakking sedang berada di Malaysia mengurusi bisnis penyaluran TKI ilegal. Sarifah pun tidak bisa menahan kesedihan dan kekagetannya atas segala peristiwa yang menimpanya. Dan yang paling menusuk-nusuk ulu hatinya karena ternyata ia dinikahi oleh Lamakking ketika suaminya masih segar bugar di Bulukumba. Sarifah pun menghembuskan nafas terakhir karena tak sanggup menahan derita dan kesedihannya. Lamakking hadir di saat pemakaman isterinya. Ia pun teramat sedih. Pada pertemuan itu, Haji Hamide mencoba menghindar dari Lamakking. Lamakking mengira Haji Hamide masih tidak suka pada dirinya yang dulu saingannya dalam bisnis penyaluran TKI. Lamakking tidak sadar bahwa sesungguhnya Haji Hamide tidak suka pada dirinya karena ulahnya yang telah menikahi isteri orang. Tapi Haji Hamide tidak mau berurusan panjang, apalagi Barra Tobarani dan Sarifah sudah meninggal dunia. Haji Hamide tidak bermaksud membuka rahasia jahat Lamakking. Hanya saja Haji Hamide ingin mengultimatum Lamakking agar bertanggung jawab dengan nasib anak-anak almarhum Barra Tobarani dan almarhumah Sarifah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar