Judul
Buku
:
Pohon – Pohon Rindu
Penulis : Dul Abdul Rahman
Tahun : 2009
Penerbit : DIVA Press (Anggota IKAPI)
Kota Penerbit : Jogjakarta
Penulis : Dul Abdul Rahman
Tahun : 2009
Penerbit : DIVA Press (Anggota IKAPI)
Kota Penerbit : Jogjakarta
Tebal
Halaman : 352 halaman
Jenis Buku : Fiksi
Jenis Buku : Fiksi
Novel karangan Dul Abdul
Rahman ini bercerita tentang Beddu Kamase (Beddu), seorang anak pensiunan
hansip yang rajin dan pandai di sekolahnya, SMA Negeri Bikeru Sinjai Selatan. Selain itu, anak yang patuh
dan hormat pada guru dan orang tua ini juga aktif dalam Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS). Beddu memiliki empat sahabat karib di sekolahnya, yaitu Anton
yang cuek, Dayat yang Alim, Umar yang bandel dan Hutbah yang playboy.
Ketika tahun ajaran baru Beddu
bertemu dengan Andi Masniar (Nia), sesosok gadis yang mengenalkannya pada
perasaan yang disebut cinta. Awalnya, perasaan Beddu itu tidak disambut baik
oleh Nia. Terlebih lagi Beddu harus bersaing dengan Hutbah yang sudah
berpengalaman dalam urusan perempuan. Sebenarnya, dibalik itu semua, jurus maut
Hutbah merayu perempuan tetap tidak ada apa-apanya tanpa kata-kata puitis
olahan Beddu dalam setiap surat cinta yang Hutbah berikan kepada perempuan
incarannya. Dan surat cinta yang Hutbah berikan kepada Nia pun merupakan karya
Beddu yang tak lain adalah hasil penuangan isi hati Beddu sendiri pada Nia.
Nama Beddu yang tertera dalam
surat cinta Hutbah tersebut mendatangkan musibah bagi Beddu. Surat cinta itu
membuatnya dipermalukan oleh Nia di depan umum.
Kala itu Nia melemparkan surat cinta itu pada Beddu di depan perpustakaan seraya meneriakinya “kumbang jelek”. Kumbang adalah sebuah simbol diri Beddu yang dituangkan dalam puisi sebagai pelengkap surat cinta Hutbah. Namun, sejak kejadian itu Beddu semakin termotivasi untuk menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya kepada Nia.
Kala itu Nia melemparkan surat cinta itu pada Beddu di depan perpustakaan seraya meneriakinya “kumbang jelek”. Kumbang adalah sebuah simbol diri Beddu yang dituangkan dalam puisi sebagai pelengkap surat cinta Hutbah. Namun, sejak kejadian itu Beddu semakin termotivasi untuk menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya kepada Nia.
Usaha Beddu tak sia-sia, Beddu berhasil menunjukkan
kepandaiannya pada Nia melalui juara umum yang diraihnya. Prestasi itu kemudian
membuat Nia mulai memperhatikan Beddu dan mulai sadar bahwa orang yang dijuluki
kumbang jelek itu bukanlah orang sembarangan. Selain itu, Beddu menuangkan
bakat menulis kata-kata puitisnya melalui mading kelasnya. Karya-karyanya pun
kemudian menjadi buah bibir warga sekolah, terutama kaum perempuan. Saat itu
pula, Nia semakin sadar bahwa laki-laki yang telah dipermalukan di depan umum
itu bukanlah orang biasa. Nia berusaha untuk meminta maaf pada Beddu tentang
kesalahannya tersebut. Nia merasa sangat bersalah atas apa yang telah
dilakukannya terhadap Beddu. Meskipun Beddu sudah bisa memaafkan Nia, namun
sikapnya masih dingin terhadap Nia.
Bergabungnya Nia sebagai anggota KOMPITA, Kelompok Pecinta Alam yang didirikan oleh Beddu dan kawan-kawannya, membuat hubungan Beddu dan Nia semakin dekat. Bahkan kedekatan mereka tersebut yang kemudian memberanikan Beddu untuk berkunjung ke rumah Nia sesuai dengan undangan ayah Nia. Ayah Nia, atas nama keluarga Nia, meminta maaf kepada Beddu mengenai kesalahan yang pernah Nia lakukan pada Beddu. Keluarga Nia yang berpendidikan itu membuat Beddu semakin termotivasi untuk menjadi orang yang berpendidikan juga agar dapat diterima oleh keluarga Nia.
Setamat SMA, Beddu pun
melanjutkan pendidikannya ke Universitas Hasanuddin Makassar. Sebelum berangkat
ke Makassar, Beddu dan Nia sempat mengucapkan janji untuk saling setia di bukit
yang terletak di sebelah selatan SMA Bikeru, bukit Bulu Paccing. Dan disana
pula, mereka yang sama-sama cinta lingkungan juga berjanji untuk menjaga hutan
sebagai simbol dari cinta mereka. Bagi mereka, menjaga hutan sama artinya
menjaga cinta mereka. Ketika enam bulan pertama menjalani masa kuliahnya, Beddu dikagetkan dengan
sikap Nia yang benar-benar manja. Kala itu, Nia menelepon Beddu dan memintanya untuk segera
kembali ke Sinjai dengan alasan bahwa ia sangat rindu pada Beddu.
Apakah hanya itu saja alasan Nia meminta Beddu untuk
segera kembali ke kampung halaman? Silahkan rasakan nuansa romansa antara Beddu
dan Nia dengan membaca secara lengkap tulisan Dul Abdul Rahman ini. Novel yang
disajikan dengan sudut pandang orang pertama
sebagai tokoh utama ini, mengangkat tema kasih tak sampai antara Beddu dan Nia
dengan begitu menyentuh dan begitu dekat dengan kehidupan nyata. Suasana
menyenangkan dan bahagia memang kurang mendapat tempat dalam novel ini, bahkan
lebih di dominasi oleh suasana yang penuh haru dan mengundang air mata. Namun,
penataan alur yang dibuat oleh penulis dapat menghadirkan emosi para pembaca dan
memiliki daya pikat yang kuat dalam setiap tahapannya. Budaya Bugis yang begitu
kental dan melekat pada tokoh utama serta tokoh-tokoh lainnya semakin menguatkan
karakter mereka dalam novel ini.
Kisah cinta yang diangkat oleh penulis dituangkan ke dalam hal yang positif serta diiringi dengan pesan-pesan mendidik yang tersirat di dalamnya. Para remaja dapat menjadikan kisah ini sebagai pembelajaran moral yang positif ketika mulai merasakan apa itu cinta dan menyikapinya ke arah yang positif.
Kisah cinta yang diangkat oleh penulis dituangkan ke dalam hal yang positif serta diiringi dengan pesan-pesan mendidik yang tersirat di dalamnya. Para remaja dapat menjadikan kisah ini sebagai pembelajaran moral yang positif ketika mulai merasakan apa itu cinta dan menyikapinya ke arah yang positif.
Diposkan oleh Emilia Yulisita di 7:32:00 AM 01 Desember 2011
Sumber: www.sitayulisita.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar