1. SISWA BARU (4)
Siswi baru yang cantik itu memang bernama Andi Masniar. Hutbah bercerita banyak padaku tentangnya suatu ketika. Entah dimana lelaki tak berperasaan itu mendapat informasi banyak tentang Nia. Aku merasa sangat bodoh soal menghadapi perempuan. Mengapa aku tidak mengikuti jejak Hutbah, bila ingin mendekati perempuan ia kalang kabut mencari informasi tentang perempuan itu, mencari apa hobinya, makanan dan minuman kesukaannya, siapa artis idolanya, lagu favoritnya, film kegemarannya, pokoknya hal apa saja tentang perempuan itu.
Pernah suatu ketika Hutbah membabat habis kumisnya karena ia naksir berat sama seorang perempuan yang ngefans berat sama Dede Yusuf yang kala itu main di sinetron Jendela Rumah Kita(JRK) bersama Desy Ratnasari. Bahkan sempat pula Hutbah nyaris merebonding rambutnya yang agak kribo yang mirip vokalis Godbless Ahmad Albar, gara-gara perempuan yang ditaksirnya ngefans sama Gusti Randa yang kala itu sangat ngetop dengan perannya sebagai Samsul Bahri yang dalam Sinetron Siti Nurbaya berpasangan dengan Novia Kolopaking (sebagai Siti Nurbaya) yang disiarkan oleh TVRI setiap malam minggu dan hari minggu sore. Ataukah Hutbah mati-matian menghafal lagu kelompok Iklim dari Malaysia yang berjudul Suci Dan Debu karena perempuan yang ditaksirnya pernah tinggal di Malaysia dan ngefans berat pada Iklim. Dan akhirnya sukses karena memang suara Hutbah mirip dengan suara Saleem, vokalis Iklim. Soal bergaya dan menyanyi Hutbah memang orangnya, ia pintar meniru suara dan tingkah orang. Tapi soal membuat surat cinta ia harus bertekuk lutut padaku. Hutbah rupanya memiliki kecerdasan musikal.
Ternyata Andi Masniar mengidolakan artis Mathias Muchus. Tentu saja Hutbah tak perlu rebonding, cukup Hutbah memangkas habis bulu-bulu kumisnya dan selalu berpakaian lengan panjang dan menggulungnya sampai ke siku. Jadilah ia Hutbah Muchus.
“Begitulah Beddu, kita harus mampu tampil sesuai dengan keinginan perempuan. Kita harus masuk dalam angan-angan perempuan itu. Kuncinya kita harus tampil sebagai sosok idola di mata perempuan itu.” Hutbah berhotbah padaku suatu ketika.
“Sok berteori, padahal kalimat itu dulu aku yang bilang padanya.” Aku membatin, aku tak mau bilang padanya. Soal menghargai teman memang aku lebih jago daripada Hutbah. Aku pikir Hutbah sepantasnya menghargai segala teoriku karena sebenarnya kunci kesuksesan cinta Hutbah juga terletak ditanganku yang jago membingkai dan merangkai kata-kata.
“Satu lagi Beddu. Menghadapi perempuan harus memakai gaya total football ala Belanda, pasti perempuan akan takluk.” Hutbah terbahak-bahak menohok perasaanku. Meski demikian, aku berusaha santai saja tapi aku juga membatin, “Jangan terlalu sombong dengan gaya total football, hati-hati dengan tim dinamit.” Kala itu memang baru saja berlangsung Euro 1992 yang membuat Tim Dinamit Denmark tampil sebagai juara, sedangkan tim Belanda yang gaya total footballnya sangat ampuh di tahun 1988 bersama trionya, Frank Richard, Ruud Gullit, dan Van Basten tak mampu membendung ledakan dinamit Denmark. Aku juga tak begitu kecewa dengan Hutbah karena aku pikir memang lebih banyak manfaatnya kalau masih sendiri. Aku fokus pada pelajaran saja dulu. Aku menghibur diri sendiri tapi memang juga agak was-was, karena dua saingan utamaku di kelas yang notabene teman baikku yaitu Dayat dan Anton hanya fokus belajar, keduanya belum mau pacaran dulu. Katanya berpacaran hanya membuat pikiran bercabang-cabang. Perasaan terkadang menggantung. Hati terkadang meradang, perasaan tidak tenang, seperti dikejar dan dicecar rasa cemburu yang memburu.
Tapi aku benar-benar bimbang. Mungkin memang Dayat dan Anton belum mau pacaran dulu karena memang mereka belum jatuh cinta. Tapi aku? Perasaan itu sudah datang tanpa kuundang. Lalu perasaan itu dengan semena-mena meremas-remas bilik-bilik hatiku. Ujung-ujungnya, aku semakin menjiwai surat cinta yang kutulis meski kutulis atas nama Hutbah. Akh! Awal jatuh cinta yang tak mulus.
BERSAMBUNG…
POHON-POHON RINDU adalah sebuah novel bertema lingkungan, budaya, dan cinta. Penerbit Diva Press Jogjakarta, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar