Kamis, 06 Februari 2014

MIMPI DAN FANTASI DALAM NOVEL POHON-POHON RINDU KARYA DUL ABDUL RAHMAN DAN ALTERNATIF BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA BAGI SISWA SMA


MIMPI DAN FANTASI DALAM NOVEL POHON-POHON RINDU KARYA DUL ABDUL RAHMAN DAN ALTERNATIF BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA BAGI SISWA SMA

(Skripsi Esi Susi Pratiwi, 2011. Fakultas Bahasa dan Seni IKIP PGRI Semarang)


Abstrak:

Skripsi ini berjudul “Mimpi dan Fantasi dalam novel Pohon-pohon Rindu karya Dul Abdul Rahman dan alternatif bahan ajar apresiasi sastra bagi siswa SMA.”
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah mimpi dan fantasi dalam novel Pohon-pohon Rindu karya Dul Abdul Rahman dan bagaimanakah mimpi dan fantasi dalam novel Pohon-pohon Rindu karya Dul Abdul Rahman sebagai bahan ajar di SMA.
Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan mimpi dan fantasi yang dialami tokoh dalam novel Pohon-pohon Rindu karya Dul Abdul Rahman yang dapat digunakan sebagai bahan ajar di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis, metode kepustakaan dan pendekatan psikologi.
Hasil analisis mimpi dan fantasi dalam novel ini adalah pada tokoh Beddu Kamase yang mengalami mimpi dan fantasi. Hal ini dapat dilihat dari struktur kepribadian dan mental. Struktur kepribadian dipandang sebagai cara mengetahui kepribadian dasar yang pada akhirnya akan memperlihatkan psikologi id, ego, dan superego pada tokohnya. Sedangkan tingkatan mental dipandang sebagai cara untuk mengetahui tingkatan mental berupa kesadaran, keprasadaran, dan ketidaksadaran.
Berdasarkan hasil pembahasan dapat diketahui aspek mimpi dan fantasi dalam novel melalui struktur pembangun novel yang terdiri dari tokoh dan penokohan, dan latar. Jadi, melalui tokoh dan penokohan, dan latar atau setting diketahui segi mimpi dan fantasi.
Mimpi dan fantasi yang berkaitan dengan karakteristik tokoh dapat dijadikan pembelajaran sastra di SMA. Di dalam materi siswa SMA terdapat materi mengenai pembelajaran novel, sehingga untuk menentukan mimpi dan fantasi dalam novel Pohon-pohon Rindu karya Dul Abdul Rahman ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi siswa SMA.
Alternatif bahan ajar di SMA sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) Membandingkan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan dengan hikayat. Untuk menemukan mimpi dan fantasi, siswa terlebih dahulu membaca novel, dan setelah menemukan mimpi dan fantasi siswa secara berkelompok untuk berdiskusi menemukan unsur intrinsik dan menganalisis mimpi dan fantasi yang terdapat dalam novel. Kemudian tiap kelompok mengungkapkan hasil analisisnya dan ditanggapi oleh kelompok lain setelah guru memberikan tanggapan dari hasil analisis tiap kelompok sekaligus menyimpulkan hasil pembelajaran. Sebelum kegiatan berakhir siswa diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada yang kurang dipahami, dan guru akan memberikan penjelasan lagi. Agar pembelajaran ini mencapai hasil yang maksimal, guru memberikan tugas kepada siswa untuk menemukan unsur intrinsik novel.

Ringkasan Analisis Penelitian
Unsur-unsur Novel
1. Tokoh
Tokoh yang terdapat dalam novel ini adalah Beddu Kamase, Andi Masniar (Nia), Hutbah, Dayat, Ambo Sakka, Orang tua Beddu Kamase, Orang tua Nia, Andi Mila Marlina, Tondeng, Ambo Karaseng, Kiai Ahmad Marsuki Hasan.
2. Penokohan.
            Beddu Kamase (Beddu)
            Beddu diungkapkan oleh pengarang secara analitik sebagai siswa paling pintar di sekolahnya dan ia dijuluki sebagai bintang sekolah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

Setiap selesai semester selalu ada acara penerimaan rapor bersama. Dalam acara itu, setiap siswa berprestasi dipanggil satu per satu naik ke podium untuk menerima bingkisan.
Tibalah saat dibacakan peringkat kelas di kelas dua. Setelah tiba di kelasku, aku kian deg-degan.
Tiba waktunya wakil kepala sekolah membacakan peringkat.
“Yang menempati peringkat ketiga dengan nilai rata-rata 8,80 adalah Anton.”
“Peringkat dua adalah Dayat.”
“Rangking satu adalah Beddu Kamase.”
(Rahman, 2009: 58)

            Kutipan di atas menunjukkan bahwa Beddu adalah siswa yang paling pintar dan bintang sekolah.
Andi Masniar (Nia)
Nia diungkapkan oleh pengarang secara analitik sebagai gadis yang berparas cantik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

Nia benar-benar perempuan tercantik yang pernah kutemui.
“Nia!”
Aku menyapanya sekali lagi. Dan, subhanallah. Wajah Nia yang memang berkarakter sendu kian ayu.
(Rahman, 2009: 77)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Nia adalah gadis yang berparas cantik dan Beddu Kamase mengagumi kecantikannya.
Anton
Tokoh Anton digambarkan pengarang secara analitik sebagai sahabat Beddu di SMA Negeri Bikeru Sinjai Selatan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

Anton yang anak kepala kampung, menempelkan striker bertuliskan “No Problem”, sesuai dengan kepribadiannya yang cuek. Begitulah Anton, ia sering meminjam pulpen sana sini, lalu lupa mengembalikannya. Ketika ditagih, ia hanya cengar-cengir.
(Rahman, 2009: 7)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Anton orang yang berkepribadian cuek.

Dayat
Tokoh Dayat digambarkan pengarang secara analitik sebagai sahabat Beddu di SMA Negeri Bikeru Sinjai Selatan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

Dayat yang bapaknya imam kampung. Ia merasa aman dan bangga dengan stiker bertuliskan “100% Muslim”. Begitulah Dayat yang merasa alim, meski ketika berada di Masjid, terkadang bikin ulah.
(Rahman, 2009: 7)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Dayat adalah teman yang paling alim dibandingkan empat sahabatnya yang lain.

Umar
Tokoh Umar digambarkan pengarang secara analitik sebagai sahabat Beddu di SMA Negeri Bikeru Sinjai Selatan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:

Meski perokok berat, biasanya ia merokok dengan sembunyi-sembunyi di kantin sekolah, stikernya bertuliskan, “No Smoking.”
Pernah suatu ketika Umar tertangkap basah tengah merokok oleh Pak Chaeruddin, lalu dibawa ke ruangan guru. Umar muntah-muntah makan tembakau sebagai hukuman. Tapi dasar Umar yang bandel. Anak pensiunan polisi itu tak kapok meski telah dihukum.
(Rahman, 2009:8)

Kutipan di atas menunjukkan tokoh Umar adalah tokoh yang bandel dibandingkan dengan empat sahabatnya. Umar tidak pernah kapok dengan hukuman.
Hutbah
Tokoh Hutbah digambarkan pengarang secara dramatik sebagai cowok playboy di sekolahnya. Ia sering menggoda siswi yang di sekolahnya. Ia paling cakep di antara empat sahabatnya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut:

Ia selalu menggoda adik-adik kelas yang cantik. Setiap kelas, ada siswi yang ditaksirnya dan hampir seratus persen pernyataan cintanya diterima. Mana ada siswi yang sanggup menolak cinta Hutbah yang kala itu mirip Rano Karno. Kalau Hutbah tersenyum dan alis mata kirinya berkedip naik turun, pastilah cewek yang duluan titip salam. Cakep memang.
(Rahman, 2009: 10)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Hutbah paling cakep daripada keempat sahabatnya dan sering ditaksir siswi-siswi SMA Negeri Bikeru Sinjai Selatan.

Sinopsis Novel “Pohon-Pohon Rindu”
Beddu, Anton, Dayat, Umar, dan Hutbah adalah teman sekelas yang saling melengkapi. Beddu, Anton, dan Dayat termasuk keluarga yang miskin tapi punya kemauan keras dan cita-cita mulia ingin kuliah dan menjadi guru. Hutbah dan Umar termasuk keluarga kaya yang tidak bercita-cita untuk kuliah, karena menurut mereka kuliah bukan jaminan masa depan, memang begitulah ‘paham’ kebanyakan orang di kampung Bikeru saat itu. Karena itu, Hutbah dan Umar bergabung ke kelompok Beddu supaya ada tempat menyontek bila ada tugas atau saat ujian. Gayung bersambut, karena Hutbah dan Umar menjadi sponsor pertemanan mereka. Hutbah yang anak pedagang kakao sukses punya dana taktis untuk mentraktir teman-teman mereka di warung sekolah setiap hari. Umar yang paling ditakuti di sekolah yang bertindak sebagai bodyguard kelompok.  
            Hutbah yang paling kaya plus berwajah tampan suka memacari adik kelasnya. Tapi gaya pacaran waktu itu hanya lewat surat saja. Beddu yang punya bakat menulis menjadi sekertaris pribadi Hutbah dalam membuat surat cinta. Beddu yang paling miskin dari kelima berteman yang sewaktu kecil hanya tukang gembala terkenal cerdas dan punya bakat sastra yang memadai. Saat penerimaan siswa baru Hutbah jatuh cinta pada seorang siswi yang bernama Andi Masniar. Tapi sial bagi Beddu ketika ia membuat surat cinta untuk Hutbah, disitu tertera nama Beddu secara tidak sengaja sehingga Andi Masniar mengembalikan surat cinta itu kepada Beddu dengan kasar dengan menyebut Beddu sebagai kumbang jelek. Peristiwa ini cukup menggemparkan seluruh sekolah. Beddu yang bintang sekolah ditolak cintanya mentah-mentah, padahal sesungguhnya surat cinta itu milik Hutbah tapi dikonsep oleh Beddu. Peristiwa ini membuat Beddu sangat malu dan trauma jadi konseptor surat cinta lagi. Ia hanya fokus belajar. 
            Kelima siswa ini akhirnya menjadi branding sekolah. Hal yang paling menonjol dari mereka ketika mereka membentuk KOMPITA(Kelompok Pecinta Alam). Alasan mereka membentuk KOMPITA karena prihatin dengan kondisi Hutan Lindung Balang di Sinjai yang rusak parah. Alasan lainnya adalah dengan membentuk Kompita mereka ingin menyibukkan diri pada hal-hal yang positif sehingga mereka tidak tercemar oleh kenakalan remaja dan narkoba yang saat itu mulai mewabah. Sejak mereka ikut dalam KOMPITA, Hutbah dan Umar mulai menjadi siswa yang rajin, Hutbah juga tidak suka lagi memacari adik-adik kelasnya.
            Keberadaan KOMPITA mendapatkan banyak apresiasi dari berbagai pihak. Setiap akhir pekan Kompita punya acara mengunjungi hutan-hutan serta tempat wisata sambil berkampanye “Save The Jungle! Save The World”(Selamatkan Hutan! Selamatkan Dunia). Banyak siswa-siswi yang tertarik masuk menjadi anggota Kompita termasuk Nia(Andi Masniar). Awalnya Beddu tidak senang Nia masuk anggota Kompita, tapi Umar sebagai ketua KOMPITA menerimanya. Sesungguhnya Nia masuk anggota Kompita karena ingin dekat dengan Beddu, rupanya Nia baru tahu bahwa Beddu sebenarnya banyak dipuja oleh banyak siswi karena menjadi bintang sekolah yang menguasai Bahasa Inggris, juga pemimpin redaksi mading sekolah yang tulisan-tulisannya menggugah. Tapi niat Nia tidak mendapat respon dari Beddu karena Beddu terlanjur menulis di ranselnya “No Time For Love”.
            Tapi Beddu tetap berjiwa besar dan menerima kehadiran Nia dalam kelompok Kompita. Sejak bergabungnya Nia di KOMPITA, teman-temannya selalu menjodoh-jodohkan Beddu dengan Nia. Dan meski belum mau pacaran, rupanya Beddu senang bila dijodoh-jodohkan. Sebenarnya Beddu memang jatuh hati kepada Nia dan memang Nia adalah perempuan yang pertama kali membuatnya jatuh hati. Hutbah juga sangat ingin Beddu dan Nia berpacaran. Rupanya Hutbah rela tidak mengejar Nia karena ia tahu Beddu memang menyukai Nia, apalagi Hutbah memang sudah tak mau pacaran lagi. Bukan hanya karena sudah bertekad tak mau pacaran dulu dan hanya fokus belajar membuat Beddu menjauhi Nia. Tapi Beddu sadar, dirinya dengan Nia sangat jauh perbedaan. Nia adalah putri dari bangsawan sekaligus anak pensiunan pejabat yang kaya, sedangkan Beddu berasal dari keluarga biasa-biasa saja sekaligus miskin.
            Rupanya Nia bercerita kepada orang tuanya tentang Beddu, bintang sekolah sekaligus konseptor KOMPITA. Kedua orang tua Nia sangat senang dengan Beddu. Meskipun tidak berpacaran, tapi Nia dan Beddu akhirnya berteman baik laiknya adik kakak. Barulah Beddu dan Nia resmi sebagai pasangan kekasih ketika Beddu tamat dari SMU Bikeru dan akan melanjutkan kuliah di Makassar. Hubungan cinta mereka diresmikan di Bukit Bulu Paccing, mereka berdua berjabat tangan dan berjanji akan saling mencintai dan menjaga. Mereka sengaja memilih Bukit Bulu Paccing dengan alasan cinta keduanya disimbolkan sebagai hutan dan pepohonan. Bila mereka rindu pada pasangan masing-masing maka cukuplah menatap pepohonan, dan bila salah satu dari mereka berkhianat maka sama halnya mereka menebang pepohonan. Nia yang akhirnya terpilih menjadi ketua KOMPITA bersumpah demi cintanya pada Beddu untuk menjaga hutan di Sinjai. Beddu pun begitu, demi cintanya pada Nia, ia akan menjaga hutan dan pepohonan dimana pun mereka berada. KOMPITA dibawah kepemimpinan Nia semakin maju, bahkan Nia membuat jargon KOMPITA yang lebih visioner karena Nia mengidentikkan hutan dan alam adalah perempuan. Nia berdalih dengan menyebut istilah “Ibu Kota” “Ibu Pertiwi” Sehingga hutan harus dijaga. Nia membuat istilah “SAVE THE MOTHER! SAVE THE MOTHERLAND”(JAGA IBU! JAGA IBU PERTIWI!).
            Kelima berteman, Beddu, Anton, Dayat, Umar dan Hutbah akhirnya kuliah di Makassar. Umar dan Hutbah akhirnya kuliah karena dorongan teman-temannya. Meski mereka kuliah di kampus berbeda, pun berbeda jurusan tetapi mereka tetap merasa sebagai anggota KOMPITA yang peduli pada hutan.
            Suatu hari tiba-tiba Beddu mendapat telepon dari Nia di Sinjai agar Beddu pulang kampung. Sejak kuliah Beddu memang belum pernah pulang ke Sinjai. Beddu berencana pulang kampung setelah final test, tapi nada bicara Nia yang terus merajuk membuat Beddu tidak tenang dan akhirnya ia pulang kampung. Kepulangan Beddu ke Sinjai karena memang juga sudah sangat kangen pada kedua orang tuanya sekaligus kangen pada Nia. Tapi manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Ternyata ketika Beddu tiba di Sinjai, Nia sudah berpulang ke Rahmatullah karena kanker darah yang terus menggerogoti tubuhnya. Beddu benar-benar sedih. Perempuan yang dulu mengembalikan surat cintanya dengan menyebut dirinya sebagai kumbang jelek. Perempuan yang pertamaa kali membuatnya jatuh cinta. Perempuan yang membuatnya berencana menikah muda. Ternyata perempuan itu kini telah meninggalkannya untuk selama-lamanya.
            Ternyata bukan hanya Beddu yang sangat kehilangan. Tapi ibu Nia sangat terpukul atas meninggalnya putrinya. Bahkan sejak kehilangan Nia, ibu Nia terjangkit penyakit aneh, ia tidak bisa kalau tidak melihat Beddu. Ibu Nia melihat Beddu sebagai halusinasio Nia. Beddu berusaha menyembuhkan penyakit ibunda almarhum Nia dengan meninggalkan kampung halamannya dan Makassar. Di saat yang sama Beddu beroleh beasiswa untuk kuliah di Malaysia.
            Sebelum meninggalkan Indonesia, Beddu mengunjungi pusara almarhum Nia dan mempertegas janjinya dulu di Bulu Paccing, bahwa demi cintanya pada Nia, ia bersumpah untuk menjaga hutan dan pepohonan. Beddu bahkan bersumpah. Demi cintanya pada Nia, ia tak akan membiarkan ada penggundulan hutan. Ia akan terus melanjutkan komitmen almarhum Nia “Save the Mother! Save the World”. Buat Beddu, meski Nia sudah meninggal, tapi hakikatnya Nia selalu ada, karena Nia menjelma jadi pepohonan. Beddu meninggalkan Sinjai dan Hutan Sinjai dengan linangan airmata. Airmata cinta yang mengalir di celah-celah pepohonan Hutan Sinjai. Beddu tetap bisa tersenyum karena senyum Nia tersungging di dedaunan pepohonan yang rindang. Pohon-pohon rindu yang akan terus dirindukan oleh Beddu meski kelak ia menatap pohon-pohon di Malaysia.



              


Tidak ada komentar:

Posting Komentar