ASPEK PSIKOLOGI NOVEL DAUN-DAUN RINDU KARYA DUL
ABDUL RAHMAN DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 JEPARA
(Skripsi Rohmad Widodo, 2011. Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, FPBS IKIP PGRI Semarang)
Abstrak
Penelitian
ini berjudul “Aspek Psikologi dalam Novel Daun-daun Rindu karya Dul
Abdul Rahman dan Implementasi pengajarannya di Kelas XII SMK Negeri 1 Jepara
Tahun 2011/2012”. IKIP PGRI Semarang. 2011. Pembimbing I Drs.Suyoto, M.Pd.,
Pembimbing II Dra.Ngatmini, M.Pd.
Permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana aspek psikologi yang terkandung dalam
novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman? Dan bagaimana implementasi
pembelajaran aspek psikologi dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul
Rahman di kelas XII SMK Negeri 1 Jepara?
Tujuan
dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan pembelajaran aspek yang terkandung
dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman dan mendeskripsikan
pembelajaran aspek psikologi dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman
di kelas XII SMK Negeri 1 Jepara.
Penelitian
ini menggunakan pendekatan psikologi sastra, metode studi pustaka, metode
deskriptif analisis, metode kualitatif deskriptif, teknik informal, teknik
observasi, dan teknik kuantitatif.
Hasil
analisis dan pembahasan diketahui bahwa aspek psikologi yang terkandung dalam
novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul Rahman ialah (1) tentang jiwa
nasionalisme atau cinta terhadap bangsa dan negaranya sendiri, (2) jiwa
penyabar dan ulet dalam menghadapi permasalahan, dan (3) jiwa kasih sayang.
Implementasi
pembelajaran aspek psikologi di kelas XII SMK Negeri 1 Jepara menggunakan
metode ceramah, metode kontekstual, metode Tanya jawab, dan metode diskusi.
Siswa membaca novel dua minggu sebelum waktu pembelajaran. Dalam pembelajaran,
siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru, kemudian siswa menganalisis
novel tentang unsur intrinsik dan aspek psikologi yang terkandung di dalamnya.
Untuk mengetahui hasil kemampuan pencapaian siswa digunakan teknik tes dengan
memberikan beberapa pertanyaan yang mencakup unsur-unsur intrinsic dan pesan
psikologo yang terkandung dalam novel Daun-daun Rindu karya Dul Abdul
Rahman. Hasil implementasi pembelajaran ini dapat dikatakan berhasil karena
sesuai dengan indicator dan tuntas sesuai KKM sekolah yakni 68 dengan
pencapaian nilai rata-rata siswa adalah 73.
Penelitian
ini menyarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran novel. Di dalam
sebuah novel terdapat banyak pesan positif bagi pembacanya. Maka dari itu,
seorang pendidik dapat menggunakan novel sebagai media pembelajaran sehingga
pembelajaran sastra terasa akan lebih menarik dan apresiatif sehingga
memunculkan minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Ringkasan Hasil Penelitian
A. Unsur
Intrinsik Novel
Unsur intrinsic dalam novel Daun-daun
Rindu karya Dul Abdul Rahman terdiri dari tema, alur, tokoh dan penokohan,
serta latar. Berikut dipaparkan dipaparkan unsur-unsur tersebut.
1. Tema
Tema merupakan gagasan atau ide atau
pikiran utama dalam karya sastra, baik yang terungkap maupun tidak, Sudjiman
(dalam Harjito, 2007:2). Di sini ada istilah baik terungkap atau tidak.
Terungkap atau eksplisit manakala tema tadi disebutkan secara tersurat dalam
wacana yang bersangkutan. Dinamakan tidak terungkap atau eksplisit manakala
pembaca harus mereka-reka terlebih dahulu tentang tema yang dimaksud.
Pada novel Daun-daun Rindu
karya Dul Abdul Rahman menceritakan kisah seorang pemuda bernama Beddu Kamase,
seorang anak muda keturunan suku Bugis yang menjalani kehidupan mahasiswa di
sebuah universitas di Malaysia yang sebelum keberangkatannya, ia dilepas
melalui upacara adat sebagai pasompe yaitu sebutan untuk orang yang akan
merantau atau bepergian jauh. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini:
Data (1)
“Malam itu adalah malam terakhirku di Kampung Kalobba, Sinjai. Esoknya, aku
harus berangkat ke Makassar. Satu hari kemudian adalah jadwal keberangkatanku
ke Kedah Darul Aman, Malaysia. Aku akan kuliah di Universiti Utara Malaysia
(UUM). Layaknya orang yang akan bepergian jauh, malam itu para keluarga dan
para tetangga, bahkan penduduk satu kampung berkumpul di rumahku. Serupa pesta
perkawinan, suasana rumahku benar-benar ramai. Sebagai ritual orang kampung,
aku akan dilepas sebagai pasompe.” (Rahman, 2010: 5)
Dari kutipan (1) di atas menjelaskan
bahwa Beddu Kamase adalah seorang yang memiliki semangat belajar yang tinggi
dengan dibuktikan olehnya yang akan menjadi seorang mahasiswa di Universiti
Utara Malaysia. Sebelum pergi jauh untuk menjalani kehidupan sebagai mahasiswa
di luar negeri, ia terlebih dahulu dilepas melalui upacara adat sebagai seorang
pasompe.
Di perjalanan menuju Malaysia, Beddu
Kamase teringat dengan keadaan kampung halamannya khususnya di bidang
pendidikan. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Data (2) “Di
atas pesawat menuju Kuala Lumpur, ingatanku terus melayang-layang ke kampung
halaman. Tentang banyaknya teman-temanku yang tak bisa kuliah atau bahkan tidak
mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP atau SMA. Penyebabnya bukan hanya
factor biaya pendidikan, tetapi juga factor mental orang tua yang menganggap
jadi sarjana tidak begitu penting karena banyak sarjana di kampungku yang tidak
jadi PNS. Pikiran orang kampung kala itu, kuliah berarti akan jadi PNS. Kalau
tidak jadi PNS, berarti hanya membuang-buang uang saja.” (Rahman, 2010: 29)
Berdasarkan data (2) di atas
menunjukkan bahwa Beddu Kamase tidak melupakan kampung halamannya dan memiliki
semangat juang yang tinggi khususnya dalam bidang pendidikan karena ia tidak
mau sama seperti teman-teman di kampungnya yang tidak mementingkan pendidikan.
Sesampainya di Malaysia, dan dalam
perjalanan daratnya di Malaysia, Beddu Kamase melihat pemandangan-pemandangan
yang cukup membuatnya simpati. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan di bawah
ini:
Data (3)
“Pemandangan dari Sepang menuju Kuala Lumpur seperti melewati hutan kelapa
sawit. Dimana-mana yang terlihat hanyalah perkebunan kelapa sawit. Aku melihat
wajah-wajah Indonesia sibuk menadah buah kelapa sawit. Terbayang wajahku di
sana, wajah bangsaku, bangsa buruh yang bekerja sebagai tenaga pesuruh di
negeri orang, padahal memiliki sumber daya alam yang melimpah. Payah.” (Rahman,
2010: 33)
Dari kutipan (3) di atas tampak
bahwa Beddu Kamase memiliki jiwa social dan nasionalisme yang cukup tinggi. Ia
menyayangkan keadaan alam Indonesia yang kaya akan sumber daya alam tetapi
saudara-saudara sebangsanya hanya menjadi buruh di negeri orang.
Jiwa nasionalisme yang dimiliki
Beddu Kamase terlihat jelas ketika ia sudah memulai kehidupannya sebagai mahasiswa.
Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut:
Data (4)
“Untuk memperart tali persaudaraan mahasiswa Indonesia yang kuliah di UUM yang
berjumlah sekitar tiga puluhan dari berbagai jurusan, aku mengusulkan kepada
teman-temanku untuk membuat madding yang kami beri judul Warta Indonesia.
Mading itu sekaligus pelepas rindu akan berita tentang Indonesia buat kami,
para mahasiswa Indonesia di negeri rantau.” (Rahman, 2010: 88)
Dari kutipan (4) di atas terlihat
bahwa sebenarnya jiwa nasionalisme yang dimiliki Beddu Kamase tidak hanya ia
pelihara, namun lebih dari itu ia ingin menularkan rasa nasionalisme itu kepada
mahasiswa yang juga berkuliah satu kampus dengannya.
Rasa nasionalisme yang tinggi yang
dimiliki Beddu Kamase juga dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Data (5) “Aku
tersenyum memandang ketiga temanku. Ketiganya hanya manggut-manggut.
Mudah-mudahan mereka tidak mengatakan, kok yang dibanggakan cuma sejarah
melulu? Tapi, aku tak peduli. Aku harus bercerita banyak tentang Indonesia. Aku
harus membangun kesan positif pada mereka tentang Indonesia.” (Rahman, 2010:
227)
Dari kutipan (5) di atas menjelaskan
bahwa, Beddu Kamase ketika menceritakan Indonesia kepada teman-temannya tidak
ingin membuat kesan negative. Ini terlihat bahwa rasa nasionalisme yang
dimiliki oleh Beddu Kamase cukup tinggi.
Jadi dapat disimpulkan dari uraian
di atas, menceritakan bagaimana jiwa nasionalisme yang dimiliki oleh Beddu
Kamase sangat tinggi. Ia lebih mencintai bangsanya sendiri meskipun ia tinggal
di Malaysia yang lebih maju. Jadi tema yang terkandung dalam novel Daun-daun
Rindu karya Dul Abdul Rahman ialah tentang nasionalisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar